POTENSI GEOWISATA KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK

Sumber Gambar :

 

POTENSI GEOWISATA KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK

( oleh : Tata Henda )

 

Seakan tak habis-habisnya potensi pariwisata di Kabupaten Lebak Provinsi Banten terus tergali. Seperti yang terbaru dan sekarang menjadi sangat viral adalah Gunung Luhur di Citorek, Kecamatan Cibeber atau yang dikenal sebagai “Negeri di atas Awan”. Sepertinya tidak ada satu kecamatanpun di kabupaten ini yang tidak memiliki potensi pariwisata menarik. Dari sekian potensi pariwisata tersebut terdapat sejumlah potensi geowisata, yaitu pariwisata yang berkaitan erat dengan keadaan atau proses geologi daerah setempat, baik sebagai situs geologi, panorama alam, morfologi atau aspek geologi lain yang khas seperti bebatuan hingga fosil.

Pesisir Kabupaten Lebak yang berada di bagian selatan wilayah ini, sudah sangat dikenal sebagai daerah wisata pantai yang menarik, mulai dari Pantai Binuangeun dan Pantai Bagedur di sebelah barat hingga Pantai Sawarna dan Pantai Cibareno di timur.

Kecamatan Cihara adalah bagian dari Kabupaten Lebak yang berada di pesisir selatan tidak terkecuali memiliki potensi pariwisata yang menarik meskipun belum banyak dikenal. Dan ternyata daerah wisata di wilayah kecamatan ini hampir semuanya dapat dikategorikan sebagai geowisata karena memiliki banyak aspek yang berkaitan erat dengan proses alam beraspek geologi.

Akses menuju wilayah Kecamatan Cihara dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 dari Kota Serang melalui jalan provinsi atau jalan kabupaten yang sudah baik, bahkan tersambung oleh jalan nasional dari Pelabuhanratu. Kendaraan umum juga tersedia bahkan bis Damri sudah melayani rute Serang – Sawarna sebanyak 2 kali dalam sehari. Beberapa lokasi wisata terlintasi oleh jalan-jalan ini seperti Pantai Cihara, muara sungai Cihara, pantai Karangsongsong, Pantai Kiara atau pantai Karangkamulyan. Untuk beberapa lokasi yang berpotensi dalam pengembangan geowisata memang berada agak jauh dari jalan raya, malah ada yang hanya dapat ditempuh dengan melewati jalan setapak hingga masih sulit untuk dijangkau.

Berikut beberapa lokasi di Ciahara dan sekitarnya yang memiliki potensi pengembangan geowisata :

Pantai Cibunar

Pantai yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Malingping dan Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak ini memiliki kemiringan cukup landai, namun umumnya tidak berpasir, melainkan beralaskan jenis batuan gunung api dan terumbu karang. Batuan gunung api yang dimaksud adalah lava dan aliran piroklasitik yang menandakan terjadinya aktifitas letusan gunung api besar yang diduga terjadi pada Kala Pliosen atau sekitar 5 juta tahun yang lalu. Sedangkan terumbu karang adalah endapan muda yang terjadi ratusan tahun yang lalu hingga masa sekarang. Pada salah satu lokasi pantai di sekitar Cibunar, tampak jelas endapan piroklastik yang terdiri atas tuf berbatu apung tertindih oleh aliran lava dan lahar

Gambar 1. Batuan gunung api di sekitar Pantai Cibunar, Cihara. Tampak lava andesitic berada diatas endapan piroklastik (kiri) yang kaya dengan fragmen batuapung (kanan)

 

Muara Sungai Cihara

Tidak seperti muara sungai besar  lainnya yang biasanya tertutup lumpur dan pasir, muara Cihara dan sekitarnya memiliki kekhasan tersendiri. Di tempat ini terdapat hamparan aneka jenis batuan berukuran pebble (kerakal) hingga cobble (berangkal) mulai dari batuan beku, batuan sedimen, batuan malihan serta batuan terubah dan urat kuarsa mengandung mineral logam, bahkan batubara dan fosil kayu terkersikkan. Fragmen-fragmen batuan tersebut diduga terhanyutkan ke pantai oleh aliran sungai Cihara, kemudian diaduk oleh gelombang ekstrim dari laut selatan (Samudera Indonesia) selama ribuan bahkan jutaan tahun sehingga memiliki bentuk membundar dengan permukaan halus sedang hingga sangat halus. Aneka jenis batuan tersebut berasal dari sepanjang sungai Cihara mulai dari bagian hulu hingga sekitar muara

Gambar 2. Endapan aneka jenis batuan di sekitar muara sungai Cihara (kiri) yang diantaranya terdiri atas kayu terkersikkan, batuan malihan, batubara, urat kuarsa dll. (kanan).

Pantai Kiara, Pantai Cibobos dan Pantai Karangkamulya

Pantai-pantai ini ditebari dengan singkapan bebatuan berumur paling tua di wilayah Banten, yaitu batuan dari Formasi Bayah (Sudjatmiko, 1981) yang berumur Eosen atau sekitar 50 juta tahun yang lalu. Secara litologi terdiri atas batu batupasir kuarsa, konglomerat dan batulempung batu lempung dengan sisipan lapisan batubara yang ketebalannya vartiatif antara 10 cm hingga 1,8 m. Lapisan batubara digali oleh penambang rakyat di beberapa lokasi berjarak sekitar 1-2 km dari garis pantai Cihara ke arah darat, dengan sebaran menerus hingga ke wilayah Panggarangan, Bayah dan Cilograng.

Keterdapatan lapisan batubara menunjukkan bahwa batuan ini diendapkan di lingkungan rawa, sedangkan penampakan struktur perlapisan silang siur pada batupasir kuarsa yang kerap terlihat menunjukkan bahwa bagian ini diendapkan di lingkungan dimana arus terjadi bergantian dengan cepat seperti di daerah yang didominasi oleh pasang surut seperti pantai atau lingkungan delta.

Gambar 3. Lansekap pantai Karangkamulyan dan Pantai Cibobos dimana litologinya tersusun dari batupasir dan batulempung yang bersisipan lapisan batubara, bagian dari Formasi Bayah.

Tampilan batu pasir kuarsa yang berumur tua ini di sekitar pantai berbentuk kerucut-kerucut runcing terdapat di garis pantai hingga ke laut, bentuk seperti demikian selain disebabkan hantaman gelombang samudera yang ganas, juga karena proses tektonik yang mengakibatkan batuan terlipatkan dan terpatahkan sehingga perlapisan batuan bersudut kemiringan tinggi hingga hampir tegak dan dibeberapa tempat tampak batuan mengalami breksiasi karena struktur sesar.  Riwayat tektonik ini telah berlangsung berulangkali dalam waktu sangat panjang, yaitu selama puluhan juta tahun.

Gambar 4.  Perlapisan batupasir dengan kemiringan hamper tegak dan batupasir terbraksikan

Wilayah Ciparahu, Cihara

Ada beberapa lokasi penting di wilayah ini yang menarik dari aspek geologi, yaitu terdapatnya tubuh batuan intrusi granodiorit yang diduga menjadi kunci penting dari terjadinya tatanan geologi di daerah selatan Kabupaten Lebak, atau di bagian selatan wilayah Jawa bagian barat. Adanya intrusi yang cukup besar ini juga menyebabkan terbentuknya batuan malihan yang terjadi karena kontak magma dengan batuan sekitar. Selain itu juga terdapat lokasi yang menunjukkan adanya erupsi gunung api purba yang berupa batuan ignimbrite.

Singkapan Granodiorit Cihara dan batuan malihan terdapat di bagian utara dari Kecamatan Cihara yang agak sulit untuk ditempuh. Sedangkan batuan ignimbrite terdapat di daerah Desa Ciparahu.

Gambar 5. Singkapan ignimbrite yang cukup tebal di Desa Ciparahu

Penutup

Secara keseluruhan lokasi-lokasi potensial pengembangan geowisata di Kecamatan Cihara  mengarah pada bagian kunci dari teori klasik tatanan geologi Kubah Bayah, yaitu adanya pengkubahan yang mengakibatkan batuan paling tua muncul ke permukaan di daerah Bayah dan Cihara. Faktor penyebab terjadinya proses pengkubahan yaitu adanya penerobosan oleh batuan plutonik granodiorit yang dikenal dengan nama Granodiorit Cihara. Selain itu intrusi granodiorit yang terjadi sejak Kala Oligosen atau sekitar 35 juta tahun yang lalu yang kemudian disusul dengan intrusi-intrusi lain setelahnya secara berulang dalam rentang waktu yang sangat panjang menjadikan wilayah Kabupaten Lebak bagian selatan menjadi tempat kedudukan mineralisasi logam mulia (emas dan perak) dan logam dasar terutama galena. Bahkan menurut hasil penyelidikan terbaru bahwa diwilayah ini terutama di wilayah laut terdapat unsur-unsur yang tergolong sebagai unsur tanah jarang (rare earth element) yang sangat bernilai ekonomis.

Dari keterdapatan singkapan-singkapan batuan seperti yang telah disebutkan, bagi masyarakat awam hanya sebagai sarana untuk wisata pantai yang menarik, tidak lebih. Tetapi bagi mereka yang memiliki ketertarikan akan kejadian dan cerita geologi tentu menjadi sangat menarik, mengingat tatanan geologi di wilayah Kabupaten Lebak bagian selatan hingga saat ini masih harus didalami karena keunikannya. Maka disinilah peran pengembangan geowisata diperlukan. Untuk itu Kecamatan Cihara dapat menjadi sebuah kawasan destinasi geowisata dan studi geologi yang akan dapat menghasilkan banyak sarjana hingga pasca sarjana di bidang ilmu kebumian.

Pada lokasi-lokasi tersebut dapat dilakukan beberapa hal dalam rangka pengembangan geowisata, diantaranya membuat papan informasi geologi dengan sajian bahasa sederhana sehingga dapat dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Selain itu tentunya membangun infrastruktur jalan yang dapat menjangkau seluruh lokasi potensi geowisata yang ada.

 

Literatur

  1. International Commission on Stratigraphy, 2018; International Stratigraphic Chart;
  2. Tata Henda, 2013, Potensi Geowisata di Provinsi Banten, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten;
  3. Sudjatmiko dan S. Santosa, 1991, Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa, skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.

Share this Post