Konsep Taman Batu Banten

Sumber Gambar :

Konsep Taman Batu Banten Oleh : Lutfi Wahyu, N.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya dan cagar budaya yang berlimpah, dimana pengelolaan sumberdaya dan cagar budaya rm kurang mendapat perhatian dan tidak dikelola seoptimal mungkin untuk pariwisata. Salah satu sumber daya alam unik yang ada di

Indonesia adalah fosil kayu yang lebih dikenal dengan batu sempur yang terdapat di Provinsi Banten. Fosil kayu di Provinsi Banten tergolong unik karena berbeda dengan fosil kayu yang ada di kawasan lain di Pulau Jawa. Jenis fosil kayu yang ada di Provinsi Banten tepatnya di Lebak dan Pandeglang diperkirakan berumur 5 - 10 juta tahun dan digolongkan dalam jenis kalsedon, akik, jaspis merah, dan opal berlapis. Bila di bandingkan dengan fosil batu di Ciamis, Tasikmalaya dan Pacitan, fosil kayu di Provinsi Banten tidak memiliki warna yang  kontras, tetapi memiliki keunggulan pada kejelasan struktur serta jaringan kayunya Kurangnya perhatian dan pengelolaan dalam bidang pariwisata taman batu ini, berpengaruh pada sumber daya fosil kayu di Provinsi Banten, dimana Provinsi Banten terancam kehilangan aset alam fosil kayu yang unik (petrified wood). Hal tersebut bisa terlihat dari adanya ekspor fosil kayu secara besar-besaran yang dilakukan dengan nilai nominal yang merugikan. Hal ini disebabkan karena pengeksporan fosil kayu masih dalam bentuk "bahan mentah" bukan dalam bentuk jadi atau tempat wisata  fosil kayu, sehingga nilai ekspor bisa dinaikkan untuk menambah devisa daerah Provinsi Banten. Dalam rentang waktu 1990 - 2000 ratusan ton fosil kayu mentah, diekspor ke Taiwan dan Jepang dengan harga antara Rp.100 - 500/kg. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya konservasi yang bisa menjaga kelestarian fosil kayu, meningkatkan kesadaran masyarakat umum dan lokal dalam bentuk keahlian masyarakat dalam hal keterampilan sekaligus dapat mewadahi kebutuhan masyarakat secara ekonomis dan social.

Pariwisata merupakan bentuk altematif pemanfaatan kawasan konservasi yang perlu dijajaki. Upaya konservasi fosil kayu yang  dikombinasikan dengan kegiatan rekreasi, wisata pendidikan dan sekaligus komersial telah dilakukan di berbagai negara.  Cagar fosil kayu di Amerika Serikat, seperti Negara Bagian Arizona, Washington, South Dacota dan Lousiana justru populer  karena menawarkan sarana rekreasi pendidikan bertema fosil kayu. Negara-negara seperti Argentina, Namibia, dan Taiwan menawarkan cagar fosil kayu yang meruangkan tempat trekking sambil melihat-lihat batu, tempat bermain untuk anak-anak  balita, museum, penjualan cinderamata, serta menjadi tempat para ilm uwan melakukan penelitian-penelitian ilmiah mengenai  fosil kayu, karena proses alami terbentuknya fosil kayu serta keunikan dan keindahan yang tidak bisa luntur.


Share this Post