GEOPARK DI BANTEN, KONSEP ATAU KENYATAAN?

Sumber Gambar :

Oleh: Tata Henda*)

Saat ini Indonesia baru memiliki 2 lokasi geopark yang ditetapkan oleh Unesco. Dua lokasi geopark dimaksud adalah Geopark Gunung Batur di Provinsi Bali (ditetapkan September, 2012) dan Geopark Gunung Sewu di perbatasan antara DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur (ditetapkan September, 2015). Kita berharap dua atau tiga tahun ke depan akan bertambah geopark yang lain di beberapa lokasi. Ada beberapa lokasi yang menurut informasi dari Badan Geologi yang sudah masuk atau layak dalam penilaian geopark seperti Geopark Rinjani (NTB), Geopark Danau Toba (Sumatera Utara), Geopark Merangin (Jambi), Geopark Raja Ampat (Papua Barat) dan Geopark Ciletuh (Sukabumi, Jawa Barat). Kemudian apakah di Provinsi Banten ada lokasi-lokasi yang bisa ditetapkan sebagai Geopark?


Geopark atau taman bumi merupakan konsep manajemen pengembangan kawasan secara  berkelanjutan yang memadu-serasikan tiga keragaman alam yaitu keanekaragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keanekaragaman budaya (cultural diversity) yang berpilar pada aspek konservasi, edukasi, dan pertumbuhan ekonomi lokal (Ibrahim Komoo).

Gambar-1. Konsep pengembangan geopark (Ibrahim Komoo)

Gambar-1. Konsep pengembangan geopark (Ibrahim Komoo)

Menurut konsep tersebut, dalam suatu kawasan geopark  terdapat :

  1. Kawasan pembangunan berkelanjutan dalam hal ini adalah sebuah kawasan yang telah ditetapkan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), baik kabupaten/kota, provinsi maupun nasional yang meliputi semua aspek pembangunan, termasuk di antaranya adalah kegiatan ekonomi dengan konsep pembangunan berkelanjutan, termasuk di antaranya perindustrian berbasis pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
  2. Perkampungan, desa, kota Kecamatan, kota/kota kabupaten berikut infrastruktur yang cukup memadai serta kebudayaan masyarakat yang khas di derah tersebut;
  3. Situs geologi yaitu lokasi-lokasi obyek geologi menarik yang memiliki kekhasan tertentu,  lokasi yang menampilkan rekam jejak proses geologi, berupa singkapan batuan, tebing, ngarai, air terjun, bentang alam karst ataupun jejak kehidupan masa lampau yang khas (fosil tumbuhan maupun hewan). Lokasi ini tidak hanya mempunyai fungsi edukasi geologi, tapi juga mempunyai fungsi di sektor pariwisata;
  4. Kawasan lindung, seperti hutan yang dilestarikan, seperti Taman Hutan Rakyat (Tahura), Wana Wisata dan lain-lain;
  5. Kawasan konservasi seperti kawasan hutan yang dilindungi berikut ekosistem di dalamnya. Contoh Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, Kawasan Cagar Alam Rawa Dano, dan lain-lain;
  6. Warisan Dunia, seperti kawasan lindung yang ditetapkan untuk melindungi kelestarian aneka jenis flora dan fauna yang hanya terdapat di daerah tersebut, guna melindungi dari kepunahan seperti Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) karena terdapatnya badak bercula satu yang tidak dijumpai di tempat lain di dunia.

 

Potensi Pengembangan Geopark di Banten

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa geopark ditunjang oleh tiga aspek utama, yaitu keragaman geologi, keragman hayati dan keragaman budaya. Dari aspek keragaman hayati, tidak perlu disangsikan bahwa Banten memiliki dua taman nasional yang luas yaitu Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang ada di sebelah Barat Daya, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) di sebelah Timur dan Kawasan Hutan Konservasi Rawa Dano dan Tukung Gede berikut Kawasan Lindung Akarsari di sebelah Barat-Barat Laut.

Gambar-2. Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK)

Gambar-3. Cagar Alam Rawa Dano

Sementara dari aspek keragaman budaya seakan tak ada satu sudut pun di wilayah provinsi ini yang tidak memiliki keragaman budaya mulai dari kemasyhuran peradaban dan kebudayaan di Kesultanan Banten Lama di Utara hingga kearifan lokal yang  menjadi legenda di Selatan seperti masyarakat suku Baduy serta beberapa Kasepuhan Banten Kidul di Kecamatan Cibeber dan Bayah, Kabupaten Lebak di Banten Selatan bahkan di lengkapi pula dengan situs-situs purbakala yang berasal dari abad pertama Masehi seperti Situs Cihunjuran di kaki Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang, juga situs-situs purbakala lainnya seperti situs Lebak Cibedug di Citorek, Cibeber, Kabupaten Lebak hingga yang berasal dari awal abad pertengahan di Kasultanan Banten.

Gambar-4. Situs Purbakala Lebak Cibedug, di Citorek Barat, Kabupaten Lebak

Gambar-5. Situs Purbakala Cihunjuran, Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang

Lalu apa yang ada di Banten dalam hal geodiversity? Untuk lebih informatifnya, maka perlu dikenalkan dulu apa itu geodiversity. Geodiversity secara sederhana dapat didefinisikan sebagai keanekaragaman geologi (batuan, mineral, fosil), geomorfologi (bentang alam, proses pembentukan) dan lapisan tanah. Hal ini meliputi kelompok, interpretasi, dan sistemnya (Gray, 2004). Aspek keanekaragaman geologi ini merupakan bagian utama atau kunci dari suatu geopark. Sebab yang tampil dari aspek ini biasanya adalah lansekap-lansekap yang sangat indah, mulai dari tepi pantai hingga puncak gunung atau lansekap mikro seperti jejak-jejak proses pembentukan suatu batuan hingga jejak-jejak kehidupan yang terperangkap di dalamnya atau fosil. Geodiversity tidak hanya hanya terdiri atas fenomena geologi yang terwujud, akan tetapi juga bisa berupa kenangan peristiwa yang pernah terjadi yang terkait dengan proses geologi serta dampaknya terhadap manusia seperti contohnya peristiwa letusan gunung api. Bisa juga aktifitas manusia yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya geologi yang sedang berlangsung maupun sudah lalu seperti halnya daerah bekas tambang.

Daratan Banten yang ada kini, dibangun melalui proses geologi yang berlangsung sejak 50 juta tahun yang lalu. Batuan tertuanya saat ini tersingkap di beberapa lokasi di Kecamatan Bayah dan Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak dikenal dinamai secara geologi sebagai Formasi Bayah. Menurut hasil penelitian, kelompok batuan yang termasuk batuan sedimen ini diendapkan di lingkungan laut dangkal hingga darat, dan di antaranya adalah rawa yang ditumbuhi oleh hutan lebat. Sebagai bukti jejak hutan lebat ini adalah adanya lapisan batubara yang terhampar mulai dari Kecamatan Cilograng, Bayah, Panggarangan hingga Cihara, bagian Selatan Kabupaten Lebak. Kemudian di pantai Cihara dan pantai Karang Taraje Bayah terhampar jenis batuan yang diendapkan di lingkungan pasang surut yaitu batupasir berikut pola struktur sedimen yang khas. Perlapisan pasir yang sudah membatu di daerah ini terhampar luas, menciptakan sebuah lansekap yang indah, dan akan sangat bermakna serta memiliki nilai edukasi bila dilengkapi dengan papan informasi geologi yang bisa mudah difahami oleh siapa saja yang mengunjungi pantai tersebut.

Gambar-6. Landscape geodiversity Karang Taraje, Bayah, Kabupaten Lebak

Gambar-7. Detail geodiversity pantai Karang Taraje

Gambar-8. Landscape geodiversity pantai Cihara

Geodiversity lainnya yang sangat menarik adalah di daerah Cikotok dengan tersebarnya kelompok batuan Formasi Cikotok yang sangat luas. Kelompok batuan ini menggambarkan terjadinya aktifitas gunung api purba dengan periode yang sangat panjang yang diperkirakan berlangsung pada 40 jutaan tahun yang lalu. Hasilnya adalah terendapkannya batuan gunung api yang luas dan sangat tebal, terdiri atas breksi gunung api, tuf, lava, batuan terubah dan urat-urat kuarsa. Adanya batuan terubah dan urat-urat kuarsa pada Formasi Cikotok ini mengungkap mineralisasi logam mulia emas dan perak sehingga daerah ini menjadi wilayah pertambangan emas tertua di Indonesia. Jadi di wilayah Cikotok dan sekitarnya terdapat beberapa geodiversity berupa batuannya itu sendiri dan lokasi bekas pertambangan yang sekarang sudah ditutup.

Gambar-9. Geodiversity bekas tambang emas Cikotok

Gambar-9. Geodiversity bekas tambang emas Cikotok

Kembali ke pesisir Selatan, selain terdapatnya batuan tertua, juga memiliki geodiversity lain. Salah satunya adalah yang menjadi ikon wisata Sawarna, yaitu pantai Ciantir dengan Tanjunglayar-nya. Ini adalah salah satu model endapan yang terjadi di kemiringan dasar laut (endapan turbidit) berumur  sekitar 25 juta tahun yang lalu. Kelompok batuannya dinamai Formasi Cimapag yang terdiri atas berbagai macam batuan dari sedimen klastika, piroklastika hingga batuan gunung api. Sementara di bagian lain dari wilayah ini, berapa geodiversity unik juga hadir berupa karst yang memiliki banyak goa dengan interior alami cantiknya berupa relief relief dinding goa serta stalaktit dan stalagmit yang dibentuk dalam waktu jutaan tahun.

Gambar-10. Landscape geodiversity pantai Ciantir, Sawarna

Gambar-10. Landscape geodiversity pantai Ciantir, Sawarna

Gambar-11. Landscape geodiversity Tanjunglayar, Sawarna

Gambar-11. Landscape geodiversity Tanjunglayar, Sawarna

 Gambar-12. Geodiversity endokarst Goa Wayang, Cilograng

Gambar-12. Geodiversity endokarst Goa Wayang, Cilograng

Dengan berjalan ke arah bagian Selatan Kabupaten Lebak saja, sudah dapat disaksikan puluhan geodiversity, padahal di bagian Utara juga menyimpan keragaman geologi lainnya, sebagaimana yang dapat ditemukan di Kecamatan Sajra, Cimarga, Maja dan Curugbitung berupa fosil kayu terkersikkan dan batu permata kalimaya.

Gambar-13. Geodiversity fosil kayu di Kabupaten Lebak

Gambar-13. Geodiversity fosil kayu di Kabupaten Lebak

 

Gambar-14. Geodiversity batu permata kalimaya di Kabupaten Lebak

Gambar-14. Geodiversity batu permata kalimaya di Kabupaten Lebak

Kemudian menuju ke arah ujung Barat dari Banten, yaitu di Ujungkulon yang terdapat geodiversity peninggalan dari gunung api purba yang terhampar di sekitar pesisir.

Gambar-15. Geodiversity hasil gunung api purba di Tanjunglayar, Ujungkulon, Kabupaten Pandeglang

Gambar-15. Geodiversity hasil gunung api purba di Tanjunglayar, Ujungkulon, Kabupaten Pandeglang

 

Sementara di bagian Barat Laut di daerah pegunungan hingga pesisir banyak geodiversity yang dapat disaksikan, mulai dari gunung api purba sekitar Rawa Dano hingga pesisir Carita hingga Anyer yang menyimpan jejak dan cerita tentang letusan gunung api terhebat yang disaksikan manusia modern, yaitu peristiwa Letusan Krakatau yang disusul bencana tsunami yang menelan korban jiwa lebih dari 36.000 jiwa pada 26 dan 27 Agustus 1883.

Gambar-16. Geodiversity kaldera gunung api purba, Rawa Dano, Kabupaten Serang

Gambar-16. Geodiversity kaldera gunung api purba, Rawa Dano, Kabupaten Serang

Gambar-17. Kerjasama penelitian Badan Geologi dengan Distamben Provinsi Banten

Gambar-17. Kerjasama penelitian Badan Geologi dengan Distamben Provinsi Banten

Tabel-1. Daftar Geodiversity Utama di Provinsi Banten

No.

Lokasi

Jenis Geodiversity

Keterangan

1

2

3

4

1.

Anyer, Kab. Serang

Bekas Menara Anyer Lama, bongkah batu karang

Peristiwa letusan G.Krakatau 1883 dan tsunami

2.

Rawa Dano

Morfologi Rawa Dano dan sekitarnya

Jejak Gunung api purba yang aktif sekitar 1 juta tahun yang lalu

3.

Pantai Karang Bolong

Batuan gunung api

Endapan hasil gunung api purba

4.

Curug Kendang, Cari-ta, Kab. Pandeglang

Batuan gunung api

Batuan gunung api lava yang terpatahkan

5.

Pegunungan Akarsari

Morfologi pegunungan

Gunung api aktif tipe B-C

6.

Tanjung Layar dan  sekitar-nya, TNUK

Batuan gunung api lava

Gunung api purba berumur Pliosen (sekitar 5 jt tahun yang lalu)

7.

Sukahujan, Maling-ping, kab. Lebak

Batuan gunung api breksi volkanik

Panorama pantai beralaskan endapan gunung api breksi dan tuf berbatuapung

8.

Pantai Cihara, Kec.Cihara, Kab. Lebak

Batuan tertua di daratan Provinsi Banten

Batupasir dari kelompok batuan Formasi Bayah

9.

Ciparahu, Kec. Cihara

Batuan Granodiorit Cihara

Jenis batuan terobosan yang sangat berpengaruh terhadap keadaan geologi daerah Bayah dan sekitarnya

10.

Karang Taraje, Kec. Bayah

Batuan tertua di daratan Provinsi Banten

Lansekap hamparan batupasir berlapis dengan struktur sedimen yang khas. Ditetapkan sebagai Situs Geologi

11.

Pulo Manuk, Kecama-tan Bayah

Bukit batupasir dari kelompok batuan Formasi Bayah

Lansekap pulau dan pantai serta kawasan lindung wana wisata

12.

Karang Bokor, Sawarna

Morfologi batugamping

Lansekap tebing batugamping berbentuk bokor

13.

Taman Goa Langir, kec. Sawarna

Morfologi batugamping dengan goa brestalaktit, stalagmit

Lansekap tebing dan goa karst di tepi pantai

14.

Tanjunglayar, Sawarna

Batuan sedimen klastika dan piroklastika tipe endapan turbidit

Lansekap bukit berbentuk layar di pantai Ciantir

15.

Goa Lalay

Batugamping karst dengan goa berstalaktit dan stalagmit

Goa batugamping dengan relief-relief menarik di dalamnya, dengan kedalaman goa lebih dari 500 mt

16.

Goa Lauk, Kec. Cilograng

Batugamping karst dengan goa berstalaktit dan stalagmit

Goa batugamping dengan relief-relief menarik di dalamnya, dengan kedalaman goa lebih dari 500 meter

17.

Goa Wayang, Kec. Cilograng

Batugamping karst dengan goa berstalaktit dan stalagmit

Goa batugamping dengan relief-relief menarik di dalamnya, dengan kedalaman goa lebih dari 500 meter

18.

Pantai Goa Gede, kec. Cilograng

Batuan gunung api purba

Lansekap hamparan batuan gunung api di pantai

19.

Cikotok, kec. Cibeber dan sekitarnya

Tambang emas tua

Peninggalan tambang emas tua yang beroperasi sejak masa pemerintahan Belanda

20.

Citorek, kec,Cibeber

Morfologi dataran volkanik

Lansekap kalsera gunung api purba

21.

Aliran Sungai Ciberang, kec Lebakgedong dan Sajra

Morfologi lembah sungai dan keterdapatan fosil kayu terkersikkan berukuran besar

Lembah pada aliran sungai Ciberang dengan lansekap yang menarik, serta aktifitas arung jeram. Berikut keterdapatan fosil kayu berukuran besar yang seringkali dijumpai

 

 

Upaya Yang Telah Dilakukan

Penelitian potensi pengembangan geowisata dan geopark sampai saat ini telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten maupun Badan Geologi atau melalui kerjasama antara Dinas Pertambangan dan Energi dengan Badan Geologi, menghasilkan beberapa hal penting yang perlu ditindaklanjuti di antaranya :

  • Melakukan penelitian lebih rinci potensi Geowisata di lokasi-lokasi yang belum terdata;
  • Melakukan kajian pengembangan geopark secara lebih rinci;
  • Menetapkan lokasi-lokasi menarik sebagai kawasan lindung geologi atau situs geologi;
  • Membuat papan informasi di lokasi-lokasi yang menarik;
  • Melakukan sosialisasi, workshop atau FGD pengembangan geopark;
  • Membangun infrastruktur yang memadai untuk memudahkan akses menuju lokasi-lokasi potensial pengembangan geopark.

Setelah terkumpul informasi dan data geodiversity, biodiversity dan cultural diversity yang sangat menarik tersebut, kita tinggal mengemasnya dalam manajemen pengelolaan yang berbasis partisipatif masyarakat dan semua stakeholders sehingga akan terwujud satu, dua atau tiga geopark di Provinsi Banten untuk kemudian bisa diajukan ke Unesco agar diakui sebagai Global Geopark.  Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah daerah harus mulai memfasilitasi atau berperan langsung dalam pengembangan geopark, mulai dari pembangunan infrastruktur akses jalan, pasokan energi hingga pembangunan fisik sarana penunjang kelengkapan geopark lainnya, seperti fasilitas-fasilitas di dalam kawasan. Karena tidak mungkin berjalan dengan hanya mengandalkan satu unit organisasi saja, maka perlu direncanakan secara terpadu dengan melibatkan beberapa unit organisasi terkait.

 

*) Tata Henda adalah pegawai aktif di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten

 

Daftar Pustaka

  1. Tata Henda, 2013, Potensi Geowisata di Provinsi Banten, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten
  2. Sutikno Bronto, 2012, Publikasi Khusus, Geologi Gunung Api Purba, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
  3. Abidin, HZ., 2008, Fosil Kayu, Indikasi Kehidupan Prasejarah di Kubah Bayah, Warta Geologi vol 3, no.2, Badan Geologi Bandung;
  4. Sudjatmiko dkk., 1992, Peta Geologi Bersistem, skala 1 : 100.000, Pusat Survey Geologi, Badan Geologi Bandung.

Share this Post